MAKALAH APPENDICITIS
DI SUSUN OLEH :
FEBRIAN NURIZAL
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES)
MTARAM PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
S.1. KEPERAWATAN EKSTENSI
2010
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………………….i
BAB I :
Pendahuluan ……………………………………………………………………………………………….1
I. Pengertian …………………………………………………………………………………………..1
II. Pato
fisiologi………………………………………………………………………………………..1
III. Etiologi
……………………………………………………………………………………………….2
IV. Anatomi
fisiologi ………………………………………………………………………….……2
V.Pencegahan
…………………………………………………………………………………….…..2
VI. Potensi
komplikasi …………………………………………………………….……………….2
BAB II : Konsep asuhan keperawatan
…………………………………………………….…….…….3
I. Pengkajian ……………………………………………………………..…….……………………..3
II. Diagnosa
keperawatan dan intervensi ………………………………………………..4
III. Daftar
pustaka……………………………………………………………………………………6
BAB III : Asuhan keperawatan
……………………………………………………………………………7
A.
Pengkajian
……………………………………………………………………………………….7
B.
Analisa
data………………………………………………………………………………………9
C.
Diagnosa
keperawatan………………………………………………………………………9
D.
Intervensi
keperawatan…………………………………………………………………….9
E.
Evaluasi……………………………………………………………………………………………10
BAB I
PENDAHULUAN
I.
PENGERTIAN APPENDICITIS
Apendisitis merupakan peradangan pada apendik periformis.
Apendik periformis merupakan saluran kecil dengan
diameter kurang lebih sebesar pensil dengan panjang 2 - 6 inci. Lokasi apendik
pada daerah illiaka kanan, di bawah katup iliacecal, tepatnya pada dinding
abdomen di bawah titik Mc Burney.
II.
PATOFISIOLOGIS
Apendik belum diketahui fungsinya, merupakan bagian
dari sekum. Peradangan pada apendik dapat terjadi oleh adanya ulserasi dinding
mukosa atau obstruksi lumen (biasanya oleh fecolif/faeses yang keras).
Penyumbatan pengeluaran sekret mukus mengakibatkan perlengketan, infeksi dan
terhambatnya aliran darah. Dari keadaan hipoksia menyebabkan gangren atau dapat
terjadi ruptur dalam waktu 24-36 jam. Bila proses ini berlangsung terus-menerus
organ disekitar dinding apendik terjadi perlengketan dan akan menjadi abses
(kronik). Apabila proses infeksi sangat cepat (akut) dapat menyebabkan
peritonitis. Peritonitis merupakan komplikasi yang sangat serius. Infeksi
kronis dapat terjadi pada apendik, tetapi hal ini tidak selalu menimbulkan
nyeri di daerah abdomen.
Masa / tinja /
benda asing
|
||
ß
|
||
Obstruksi lumen
apendiks
|
||
ß
|
||
Peradangan
|
||
sekresi, mukus
tidak dapat keluar
|
Pembengkakan jaringan limpoid
|
|
|
Peregangan apendik
|
|
ß
|
||
Tekanan intra
luminal
suplai darah
terganggu
|
||
ß
|
||
Hipoksia
|
||
ß
|
||
Nyeri
|
||
Akut ---- Ulserasi + invasi bakteri
|
Kronis ---- Nekrose + perporasi
|
III. ETIOLOGI
-
Ulserasi pada mukosa
-
Obstruksi pada colon oleh fecalit (faeses yang
keras)
-
Pemberian barium
-
Berbagai macam penyakit cacing
-
Tumor
-
Striktur karena fibrosis pada dinding usus
III.
ANATOMIFISIOLOGI
Embriologi
appendiks berhubungan dengan caecum, tumbuh dari ujung inferiornya. Tonjolan
appendiks pada ender berbentuk kerucut yang menonjol pada apek caecum sepanjang
4,5 cm. Pada orang dewasa panjang appendiks rata-rata 9 – 10 cm, terletak
posteromedial caecum kira-kira 3 cm inferior valvula ileosekalis. Posisi
appendiks end retrosekal, retroileal,subileal atau dipelvis, memberikan
gambaran klinis yang tidak sama. Persarafan para simpatis berasal dari cabang
nervus vagus yang mengikuti arteri mesenterika superior dari arteri
appendikkularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari nervus torakalis x,
karena itu nyeri ender pada appendiks bermula sekitar ender. Perdarahan pada
appendiks berasal dari arteri appendikularis yang merupakan artei tanpa
kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya enders pada infeksi maka
appendiks akan mengalami ender. Appendiks menghasilkan ender 1-2ml perhari yang
bersifat basa mengandung ender, erepsin dan musin. Lendir itu secara normal
dicurahkan ke dalam bumen dan selanjutnya mengalir ke caecum. Hambatan aliran ender
di muara appendiks berperan pada patofisiologi appendiks.
IV. PENCEGAHAN
Pencegahan pada
apendisitis yaitu dengan menurunkan resiko obstruksi atau peradangan pada lumen
apendik. Pola eliminasi klien harus dikaji, sebab obstruksi oleh fecalit dapat
terjadi karena tidak adekuatnya diit serat, diit tinggi serat.
Perawatan dan
pengobatan penyakit cacing juga meminimalkan resiko. Pengenalan yang cepat
terhadap gejala dan tanda apendiksitis meminimalkan resiko terjadinya gangren,
perforasi, dan peritonitis.
V.
POTENSIAL KOMPLIKASI
-
Perforasi
-
Peritonitis
-
Dehidrasi
-
Sepsis
-
Elektrolit darah tidak seimbang
BAB II
KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA PASIEN
APPENDICITIS
I.
PENGKAJIAN
Riwayat :
Data yang
dikumpulkan perawat dari klien dengan kemungkinan appendicitis meliputi : umur,
jenis kelamin, riwayat pembedahan dan riwayat medik lainnya, pemberian barium
baik lewat mulut/ rectal, riwayat diit terutama makanan berserat.
Pengkajian :
a.
Data Subyektif
Sebelum
Operasi :
-
Nyeri daerah pusat menjalar ke daerah perut
kanan bawah.
-
Mual, muntah, kembung
-
Tidak nafsu makan, demam
-
Tungkai kanan tidak dapat diluruskan
-
Diare atau konstipasi
Sesudah
Operasi :
-
Nyeri daerah operasi
-
Lemas
-
Haus
-
Mual, kembung
-
Pusing
b.
Data Obyektif
Sebelum operasi
:
-
Nyeri tekan pada Mc.Burney
-
Spasme otot
-
Takhikardi
-
Pucat, gelisah
-
Bising usus berkurang atau tidak ada
-
Demam 38 – 38,5 C
Sesudah
operasi :
-
Terdapat luka operasi di kuadran kanan bawah
abdomen
-
Terpasang infus
-
Terdapat drain / pipa lambung
-
Bising usus berkurang
-
Selaput mukosa kering
c.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
Laboratorium ;
-
Darah :
ditemukan leikosit 10.000 – 18.000 mm
-
Urine :
ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit
Pemeriksaan
Radiologi :
BOF tampak
distensi sekum pada appendicitis akut.
II.
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan/Kriteria
|
Intervensi
|
1.
|
Nyeri abdomen berhu-bungan dengan
obstruksi dan peradangan apen-diks.
Subyektif :
·
Nyeri daerah pusar menjalar ke daerah perut
kanan bawah.
·
Tungkai kanan tidak dapat diluruskan.
Obyektif :
·
Nyeri tekan di titik Mc Burney.
|
Nyeri berkurang.
Kriteria :
Klien mengungkapkan rasa sakit
berkurang.
Wajah dan posisi tubuh tampak
rileks
|
·
Kaji tanda vital
·
Kaji keluhan nyeri, tentukan lokasi, jenis dan
intensitas nyeri. Ukur dengan skala 1-10.
·
Jelaskan penyebab rasa sakit, cara mengurangi.
·
Beri posisi ½ duduk untuk mengurangi
penyebaran in-feksi pada abdomen.
·
Ajarkan tehnik relaksasi.
·
Kompres es pada daerah sakit untuk mengurangi
nyeri.
·
Anjurkan klien untuk tidur pada posisi nyaman
(miring dengan menekuk lutut kanan).
·
Puasa makan minum apabila akan dilakukan tindakan.
·
Ciptakan lingkungan yang tenang.
·
Laksanakan program medik.
·
Pantau efek terapeutik dan non terapeutik dari
pembe-rian analgetik.
|
2.
|
Resiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia dan diare.
|
Cairan dan elektrolit da-lam
keadaan seimbang.
Kriteria :
Turgor kulit baik.
Cairan yang keluar dan masuk
seimbang.
|
·
Observasi tanda vital suhu, nadi, tekanan
darah, perna-pasan tiap 4 jam.
·
Observsi cairan yang keluar dan yang masuk.
·
Jauhkan makanan/bau-bauan yang merangsang mual
atau muntah.
·
Kolaborasi pemberian infus dan pipa lambung
|
3.
|
Kurang pengetahuan tentang
prosedur per-siapan dan sesudah operasi.
Subyektif
Klien / keluarga ber-tanya
tentang prosedur persiapan dan sesudah operasi
Obyektif
Klien tidak kooperatif terhadap
tindakan per-siapan operasi.
|
Setelah diberikan penje-lasan
klien memahami tentang prosedur per-siapan dan sesudah operasi
Kriteria
Klien kooperatif dengan tindakan
persiapan operasi maupun sesudah operasi.
Klien mendemonstrasikan latihan
yang diberikan.
|
·
Jelaskan prosedur persiapan operasi.
Þ pemasangan infus.
Þ puasa
makan & minum sebelumnya 6 - 8 jam.
Þ cukur
daerah operasi.
·
Jelaskan situasi dikamar bedah.
·
Jelaskan aktivitas yang perlu dilakukan
setelah operasi.
Þ Latihan
batuk efektif.
Þ mobilisasi
dini secara pasif dan aktif bertahap.
|
4.
|
Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan luka pembedahan.
|
Luka insisi
sembuh tanpa ada tanda infeksi.
|
·
Pantau luka pembedahan dari tanda-tanda
peradangan: demam, kemerahan, bengkak dan cairan yang keluar, warna jumlah
dan karak-teristik.
·
Rawat luka secara steril.
·
Beri makanan berkualitas atau dukungan klien
untuk makan. Makanan mencukupi untuk mempercepat proses penyembuhan.
·
Beri antibiotika sesuai program medik.
|
DAFTAR PUSTAKA :
Carpenito, L.J. (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan,
EGC, Jakarta.
Doengoes, M.E. (2000),
Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien, EGC, Jakarta.
Rothrock, J.C. (2000), Perencanaan Asuhan Keperawatan
Perioperatif, EGC, Jakarta.
Sjamsuhidajat, R. & Jong, W.D. (1997), Buku Ajar
Ilmu Bedah, Ed. Revisi, EGC, Jakarta.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PAD Tn.S
DENGAN DIAGNOSA MEDIS APPENDICITIS ACUT
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Klien :
Nama :
Tn. S
Umur :
18 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Status :
Belum menikah
2. Riwayat
Kesehatan :
a. Keluhan
utama : Sakit perut didaerah pusat abdomen yang menjalar kea rah bawah.
b. Observasi
dan Pemeriksaan fisik :
1) Keadaan
umum : Sakit sedang
2) Kesadaran
: CM
3) TTV
: TD 110/70 mmHg, RR 20x/mnt, N 100x/mnt, S 37C
3. Pemeriksaan
-
Head To
Toe :
a) Kepala : simetris, tidak ada benjolan.
b) Mata : simetris, penglihatan baik.
c) Teliga :
d) Hidung : reaksi alergi tidak ada, polip tidak
ada.
e) Mulut :
f) Leher :
g) Dada : suara nafas vesikuler, jantung
BJ I-II mur-mur (-) gallop (-), tidak ada
suara jantung tambahan, tidak ada nyeri dada.
h) Abdomen : pada palpasi bagian kanan tegang, ada
nyeri tekan.
i)
Integumen :
tugor kulit baik.
j)
Ekstrimitas atas dan bawah : tidak ada kelainan,
waktu pengembalian kapiler kurang dari 3 menit.
-
Pemeriksaan
Persistem :
a) Pernafasan
: suara
nafas vesikuler
b) Kardiovasculer : BJ I-II mur-mur (-), gallop (-), tdk
ada suara jantung tambahan,
tdk ada nyeri dada.
c) Persyarafan : klien
Composmentis, GCS 4-5-6
d) Perkemihan
– Eliminasi uri :BAK spontan 3-4x/hr, produksi urine ± 1500 cc/24 jam.
e) Pencernaan
– Eliminasi alvi : Makan minum kurang, porsi tidak habis, ada mual dan muntah
3x dirumah, BAB tidak ada sejak 2hr yang lalu. Terdapat nyeri tekan pada titik
Mc.Burney.
f) Tulang
– Otot- Integumen : anggota gerak tidak ada kelainan, tugor baik, waktu
pengembalian kapiler kurang 3 menit.
4. Pemeriksaan
penunjang :
·
W8 BC :
12,7 k/ul
·
RBC :
4,98 gr/dl
·
Limposit :
3,3 k/ul
·
PLT :
220 k/ul
·
Hb :
12 gr/dl
5. Therapi
:
§
Starxon inj. 1 gr / 24 jam
§
Sradyl inj. 1 amp / 8 jam
B. ANALISA
DATA
SYMPTOM
|
ETIOLOGI
|
PROBLEM
|
DS
:
Klien
mengatakan nyeri perut bagian kanan,
DO
:
Klien
tampak kesakitan, terdapat nyeri tekan pada titik Mc.Burney
|
Masa/ tinja/ benda asing
â
Obstruksi lumen usus
â
Peradangan
â
Pembengkakan jar limpoid
â
Peradangan appendik
â
Nyeri
|
Gangguan rasa nyaman Nyeri.
|
C. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan obstruksi
dan peradangan appendik ditandai dengan klien mengatakan nyeri perut bagian
kanan bawah, klien tampak kesakitan, terdapat nyeri tekan pada titik Mc.Burney.
D. INTERVENSI
KEPERAWATAN
TGL
|
NO DX
|
TUJUAN
& KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1
|
1. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang/ hilang dengan
kriteria hasil :
- klien tampak
rileks & bisa beristirahat tanpa sering mengeluh nyeri lagi.
|
1. Kaji tingkat
nyeri klien menggunakan skala nyeri.
2. anjurkan
klien istirahat dengan memberikan posisi semifowler.
3. Alihkan
perhatian klien dengan mengajak berbicara.
4. beri therapy
sesuai dengan program medic : Starxon inj. 1gr/24 jam dan Sradyl inj 1amp/8
jam.
|
1. Utk
mengetahui sejauh mana nyeri yg dialami klien shgga tindakan yg akan
dilakukan tepat
2. Utk
mengurangi penyebaran infeksi bila appendicitis pecah.
3. Membuat klien
tdk terfokus pada nyerinya sehingga dpt rileks.
4. mempercepat
proses penyembuhan.
|
E. EVALUASI
Hari / Tgl/ jam
|
No
DX
|
Evaluasi
|
1
|
S :
O :
A :
P :
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar